CERPEN-NAJWA NURUSHOUMA AL-AFWA

Menunggu di Ambang Dewasa

Aku masih berusia 17 tahun, tepat di tengah antara masa remaja dan dewasa. Terkadang, rasanya seperti berada di sebuah persimpangan jalan, di mana aku harus memilih arah hidup, tetapi aku tidak yakin harus melangkah ke mana. Keinginan untuk cepat tumbuh dewasa sering bertabrakan dengan kenyataan bahwa aku belum sepenuhnya siap untuk meninggalkan dunia yang penuh kebebasan ini.

Aku tahu, setelah ujian kelulusan, aku akan menghadapi dunia yang lebih luas dan lebih menantang, dan aku belum siap. Semua teman-temanku sudah memikirkan tentang kuliah, karier, atau bahkan merencanakan masa depan mereka yang cerah. Sementara itu, aku masih merasa bingung tentang apa yang benar-benar aku inginkan. Terkadang, aku merasa seperti aku tidak memiliki tujuan yang jelas. Semua orang tampaknya begitu tahu apa yang mereka inginkan, sedangkan aku? Aku merasa seperti hanya mengikuti arus, tanpa tahu ke mana arus itu akan membawaku.

Saat duduk di bangku taman sekolah, aku memandangi teman-teman yang tampak begitu percaya diri, berbicara dengan penuh semangat tentang rencana mereka setelah lulus. Mereka sudah membuat daftar universitas yang akan mereka tuju, bahkan sudah berbicara tentang jurusan yang mereka pilih. Mereka berbicara dengan keyakinan yang membuatku merasa lebih kecil dari biasanya.

Aku, di sisi lain, hanya bisa tersenyum kikuk dan ikut mendengarkan, tanpa bisa mengatakan apa-apa yang jelas. Setiap kali ditanya, "Apa rencanamu setelah lulus?" aku hanya menjawab dengan jujur, "Belum tahu." Dan meskipun mereka bilang itu normal, aku merasa seperti ada yang hilang. Semua teman sekelasku sudah tahu arah mereka, sementara aku masih saja terjebak dalam kebingunganku.

Suatu hari sepulang sekolah, aku berjalan pulang dengan perasaan kosong. Di luar, langit malam begitu gelap, hanya diterangi lampu jalan yang temaram. Aku merasa sepi, seperti dunia sedang bergerak maju sementara aku masih berdiri di tempat yang sama. Saat itu, aku berhenti sejenak dan menatap langit. Aku mencoba untuk merenung, mencoba untuk menemukan jawabannya. "Apa yang benar-benar aku inginkan?" pikirku. Aku sadar, mungkin aku terlalu takut untuk mengejar sesuatu yang aku inginkan. Ketakutan akan kegagalan dan ketidakpastian yang datang dengan pilihan-pilihan itu membuatku enggan bergerak.

Keesokan harinya, aku bertemu dengan seorang guru favoritku. Beliau adalah sosok yang selalu memberi nasihat penuh makna, sering kali lebih seperti teman daripada seorang guru. "Kamu tahu, aku pernah merasa seperti itu juga ketika usiaku 17 tahun," katanya sambil tersenyum. "Dunia ini memang penuh dengan pilihan, dan kita sering merasa terbebani oleh semua pilihan itu. Tapi ingat, tak ada yang salah dengan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Yang penting adalah, teruslah berjalan dan berani mencoba."

Kata-kata itu seperti sebuah angin segar yang menyentuh hatiku. Aku merasa sedikit lebih tenang. Mungkin, tidak semua orang harus tahu segalanya pada usia 17 tahun. Aku tidak harus memikirkan semuanya sekarang. Aku bisa melangkah perlahan, mencoba berbagai hal, dan yang paling penting, menikmati setiap prosesnya.

Aku masih berusia 17 tahun, dan itu tidak masalah. Aku punya waktu untuk mencari tahu apa yang benar-benar aku inginkan, sambil tetap menikmati masa muda yang penuh dengan kesempatan ini. Karena mungkin, dewasa itu bukan tentang secepatnya mencapai tujuan, melainkan bagaimana kita menikmati setiap langkah dalam perjalanan hidup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI-RIZQIANA KAMILA

RESENSI- TAUFIQUL HAKIM

RESENSI-HUMIDATI NUSROTID DINIYAH