CERPEN-MAULIDATUN NAJIBAH
Pagi itu, Matahari baru saja terbit ketika Ayu membuka pintu rumahnya. Jalan setapak di depan rumahnya masih basah karena hujan semalam. Angin pagi menampar lembut wajahnya, membangkitk
Ayu memandangi jalan itu, jalan yang dulu sering dilaluinya setiap pagi saat ia berjalan kaki ke sekolah. Ayu tumbuh di desa kecil dengan segala keterbatasan. Ibunya adalah seorang penjahit rumahan, sementara ayahnya bekerja sebagai buruh tani. Meski sederhana, keluarganya penuh cinta dan kehangatan.
Namun, hidup tak selalu“Ayu, jangan pernah menyerah. Langkah kecil kita hari ini akan menjadi perjalanan besar nanti,” ucap ibunya suatu malam, ketika Ayu mengeluh lelah. Kata-kata itu terus terngiang di telinga setiap kali ia merasa putus asa.
Ketika ia masuk SMA, Ayu mulai memahami pentingnya pendidikan untuk mengubah hidupnya. Meski harus berjalan kaki sejauh 5 kilometer setiap hari ke sekolah, ia melakukannya tanpa ragu. Sepulang sekolah, ia belajar sambil membantu ibunya.
Kini,Pagi itu, Ayu tersenyum memandangi jalan setapak yang dulu ia lalui. Jalan itu adalah saksi bisu perjuangannya. Langkah-langkah kecilnya telah dibawa ke tempat yang tak pernah ia bayangkan. Dan di lubuk hati saya, saya berterima kasih kepada masa lalu yang telah membentuk saya
Ayu menutup pintu rumahnya dan melangkah pergi, menyambut hari baru dengan semangat
Komentar
Posting Komentar