CERPEN-M. NADZIR AUNILLAH
Langit Tak Selalu Kelabu
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi perbukitan, hiduplah seorang wanita bernama Ratna. Hidupnya jauh dari kata mudah. Sejak kecil, ia telah merasakan pahitnya kehilangan. Ayahnya meninggal dunia saat ia berumur lima tahun, meninggalkan ibunya untuk berjuang sendiri membesarkan tiga anak dengan mengandalkan upah sebagai buruh tani.
Ratna tumbuh menjadi gadis yang kuat, tapi hidup terus saja mengujinya. Di usia 18 tahun, ia harus merelakan mimpinya untuk melanjutkan sekolah karena ibunya sakit keras. Ia bekerja serabutan, menjadi buruh di ladang orang, mengangkat karung beras di pasar, bahkan menjual kue keliling demi membiayai pengobatan ibunya.
“Bu, Ratna nggak apa-apa nggak sekolah. Yang penting, Ibu sembuh,” ucap Ratna sambil memijit kaki ibunya yang mulai melemah.
Namun, takdir berkata lain. Beberapa bulan kemudian, ibunya pergi untuk selamanya. Ratna merasa dunia runtuh. Ia kini sendirian, kakaknya telah menikah dan tinggal jauh, sementara adiknya masih terlalu kecil untuk membantu.
Setiap malam, Ratna menangis di balik selimut lusuhnya. “Kenapa hidup ini berat sekali, Tuhan? Apa aku tak pantas bahagia?”
Namun, meski hatinya dipenuhi luka, Ratna tak menyerah. Ia yakin, ada alasan di balik setiap cobaan. Dengan sisa uang yang ada, ia mulai membuat kue-kue kecil untuk dijual di pasar. Ia berjalan kaki setiap pagi, membawa dagangannya dengan keranjang rotan. Hasilnya tak seberapa, tapi cukup untuk membeli makan dan menyekolahkan adiknya.
Cobaan belum selesai. Suatu hari, hujan deras mengguyur desa selama berminggu-minggu. Rumah kecil Ratna yang sudah reyot roboh diterpa angin kencang. Ratna hanya bisa berdiri mematung melihat atap rumahnya terlempar ke tanah, sementara air hujan membasahi setiap sudut kehidupannya yang sudah hancur.
Namun, di saat-saat tergelap itu, bantuan datang dari tempat yang tak terduga. Tetangga-tetangganya bergotong-royong membangun rumah sederhana untuknya.
“Ratna, kamu sudah banyak membantu orang di sini. Sekarang giliran kami yang membantu kamu,” kata Pak Hadi, tetangga sebelah.
Ratna tak bisa menahan tangis. Untuk pertama kalinya, ia merasa tidak sendirian.
Berkat kerja keras dan dukungan orang-orang di sekitarnya, usaha kecil Ratna mulai berkembang. Ia tak hanya menjual kue di pasar, tetapi juga menerima pesanan dari desa-desa lain. Sedikit demi sedikit, ia mampu memperbaiki kehidupannya.
Lima tahun kemudian, Ratna telah menjadi pemilik toko kue kecil di desanya. Adiknya berhasil lulus sekolah dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
Ratna menyadari, hidup memang penuh cobaan, tetapi tidak ada cobaan yang tak bisa dilalui dengan tekad dan kebaikan hati. Langit tak selalu kelabu. Pada akhirnya, akan ada cahaya yang menerangi mereka yang tak pernah menyerah.
Komentar
Posting Komentar