CERPEN-M. GHOZALI ABDI

 Anak Pondok

 Di sebuah desa yang terletak jauh dari hiruk-pikuk kota, ada sebuah pondok kecil yang dipenuhi anak-anak yatim dan dhuafa. Pondok itu dikelola oleh seorang ustaz bernama Ustaz Ahmad, seorang pria yang telah mengabdikan hidupnya untuk mendidik anak-anak yang kurang beruntung. Setiap hari, Ustaz Ahmad dengan sabar mengajarkan mereka ilmu agama, matematika, dan berbagai keterampilan hidup, agar mereka bisa mandiri suatu saat nanti.

Di antara anak-anak yang tinggal di pondok itu, ada seorang anak bernama Fadil. Fadil adalah seorang anak berusia 12 tahun yang penuh semangat, meski tak jarang terlihat kesedihan di matanya. Sejak kecil, ia telah kehilangan kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan. Karena tidak ada keluarga yang bisa merawatnya, Fadil akhirnya dibawa ke pondok ini.

Pondok itu bukan hanya menjadi tempat tinggal bagi Fadil, tetapi juga menjadi tempat perlindungan bagi banyak anak yang nasibnya mirip dengannya. Di sini, mereka belajar untuk berdiri di atas kaki sendiri, meskipun kadang hati mereka masih dipenuhi kerinduan terhadap orang tua yang tak lagi ada.

Fadil tidak pernah merasa asing di pondok itu. Meskipun ia sering merindukan kasih sayang orang tua, Ustaz Ahmad dan para pengasuh lainnya selalu memberikan perhatian yang penuh. Mereka mengajarkan Fadil dan teman-temannya untuk selalu bersyukur atas apa yang mereka miliki, sekalipun hidup mereka jauh dari kata sempurna.

Suatu hari, Fadil duduk di sudut ruang belajar, menulis di buku catatannya dengan tekun. Ia menulis impian-impian kecil yang ingin ia capai. “Aku ingin menjadi orang yang berguna, Ustaz,” tulis Fadil di halaman terakhir bukunya. “Aku ingin bisa membantu orang-orang seperti kita, anak-anak yang tidak punya apa-apa.”

Ustaz Ahmad yang melihat Fadil menulis, mendekat dan duduk di sampingnya. "Fadil, cita-citamu sangat mulia. Tapi ingat, anak pondok seperti kita harus selalu berusaha untuk menjadi lebih baik setiap hari. Belajar, bekerja keras, dan selalu punya hati yang baik," kata Ustaz Ahmad dengan penuh kasih.

Fadil mengangguk, matanya berbinar. Ia tahu, meskipun hidup di pondok bukanlah pilihan, tetapi di sini ia belajar tentang kehidupan, tentang ketabahan dan perjuangan. Di pondok ini, ia bukan hanya belajar tentang ilmu dunia, tetapi juga tentang ketulusan hati, tentang berbagi, dan tentang bagaimana menjadi anak yang berbakti kepada Allah dan orang-orang sekitar.

Waktu terus berjalan, dan Fadil semakin dewasa. Ia tetap menjaga impian-impian kecilnya yang dulu ia tulis di buku catatan. Kelak, Fadil berharap bisa kembali ke desa dan membangun sebuah tempat yang bisa menampung anak-anak yatim seperti dirinya, agar mereka tidak merasa sendiri di dunia ini.

Di pondok kecil itu, Fadil telah menemukan lebih dari sekadar tempat berlindung. Ia menemukan harapan, kekuatan, dan cinta yang tak ternilai harganya.

Cerpen ini menggambarkan kehidupan seorang anak yatim yang tinggal di sebuah pondok, yang meskipun kehilangan orang tua, tetap menemukan kasih sayang, pendidikan, dan harapan di tempat baru.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI-RIZQIANA KAMILA

RESENSI- TAUFIQUL HAKIM

RESENSI-HUMIDATI NUSROTID DINIYAH