CERPEN-HUMIDATI NUSROTID DINIYAH
PERJUANGAN DI UJUNG SENJA
Di sebuah desa kecil yang terletak di lereng bukit, hidup seorang wanita bernama Siti. Meskipun usia Siti sudah menginjak lima puluh tahun, tubuhnya yang cekatan masih mampu menahan beban hidup yang berat. Siti adalah seorang janda yang memiliki dua anak, Faris dan Aisyah. Sejak suaminya meninggal akibat kecelakaan sepuluh tahun lalu, Siti menjalani hidup dengan penuh perjuangan.
Setiap pagi, Siti bangun sebelum fajar. Dengan tangan yang sudah terlatih, ia menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya. Faris, anak sulungnya, sudah beranjak dewasa dan bekerja sebagai buruh di kota. Aisyah, yang masih duduk di bangku SMA, selalu mendapat perhatian penuh dari ibunya. Meski Faris bekerja, Siti tetap merasa tanggung jawabnya terhadap keluarga belum selesai.
Pagi itu, Siti seperti biasa pergi ke ladang yang terletak tak jauh dari rumahnya. Ladang itu adalah satu-satunya sumber penghidupan mereka. Tanaman jagung dan padi yang ia tanam tak selalu berbuah dengan baik, namun ia tak pernah menyerah. Hari-hari berlalu dengan penuh perjuangan, dan Siti terus bekerja keras meski tubuhnya mulai merasakan lelah yang tak terucapkan.
Pada suatu sore, saat Siti sedang mencabut rumput liar di ladang, Aisyah datang berlari. Wajahnya terlihat cemas.
"Ibu, ada surat untuk ibu," kata Aisyah sambil mengangkat amplop putih.
Siti membuka surat itu dengan tangan yang sedikit gemetar. Matanya terbaca perlahan, dan bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Itu adalah surat undangan untuk Faris, anaknya yang kini bekerja di kota. Faris dipanggil untuk kembali ke kota dan mengikuti tes untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
"Ibu, Faris bisa dapat pekerjaan yang lebih baik. Mungkin hidup kita akan berubah," ujar Aisyah, mencoba membangkitkan semangat ibunya.
Namun, Siti hanya tersenyum kecil. "Perjuangan kita belum selesai, Aisyah. Meskipun Faris bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik, kita harus tetap berjuang. Jangan pernah berhenti bekerja, karena hidup tak pernah berhenti memberi ujian."
Siti melanjutkan pekerjaannya dengan tenang, seolah tak ada yang bisa menghentikan semangatnya. Ia tahu, hidup tak selalu memberi apa yang kita harapkan, namun dengan kerja keras dan doa, segala sesuatu pasti akan berbuah.
Malam tiba, dan setelah makan malam sederhana, Siti duduk di depan rumah sambil memandang langit yang mulai gelap. Anak-anaknya sudah tidur, dan udara malam yang sejuk menemani pikirannya. Ia tahu, meski hari-hari yang akan datang penuh dengan tantangan, ia akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.
"Perjuangan ini bukan untuk diri sendiri, tapi untuk mereka," gumam Siti pada diri sendiri.
Meskipun ia merasa lelah, Siti tak pernah menyerah. Ia tahu bahwa perjuangan adalah bagian dari hidup, dan setiap tetes keringatnya adalah bagian dari harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Komentar
Posting Komentar